Satu lagi sebuah komedi romantis hadir memeriahkan blantika perfilman dalam negeri. Kali ini bertajuk CINTA DI SAKU CELANA yang merupakan karya kedua Fajar Nugros usai QUEEN BEE di tahun 2009.
CINTA DI SAKU CELANA dikembangkan oleh Ben Sihombing (PENGEJAR ANGIN, SENGGOL BACOK) dari salah satu plot cerpen dalam kumcer bertajuk Didn’t Lose My Heart, I Sold it On eBay! yang ditulis oleh Fajar Nugros.
Berkisah tentang Ahmad (Donny Alamsyah) yang menaruh hati pada seorang gadis bernama Bening (Joanna Alexandra). Parahnya, rasa suka membuat Ahmad lebih banyak berpikir daripada melakukan apa yang bisa membahagiakan hatinya; memiliki cinta Bening. Jadi daripada mengatakan cinta, Ahmad lebih suka menatap diam dari jauh atau merekam aktifitas Bening dalam kamera.
Atas saran Gifar (Dion Wiyoko), sahabat sejak kecil di panti asuhan, Ahmad mencoba mengirim surat cinta. Tak disangka surat tersebut malah mempertemukan pekerja kantor pos ini dengan seorang copet bernama Gubeng (Ramon Jusuf Tungka). Dari pertemuan ini takdir mempermainkan hati Ahmad. Dari pertemuan ini pula, Ahmad diajari bahwa mencintai seseorang itu butuh perjuangan.
And then, dengan judul so FTV, CINTA DI SAKU CELANA ternyata memiliki kelebihan yang tak bisa dibandingkan dengan komedi romantis lain. Fajar Nugros dengan lancar mengalirkan kisah (kebodohan) Ahmad dengan cara yang unik meski terkadang cenderung datar hingga saya, sebagai penonton, dibuat gemas sendiri.
Padri Nadeak, selaku director of photography juga mampu memberikan nuansa lain dalam setiap pengambilan sudut pandang. Gambar itu seolah bersinergi dengan kesan yang ingin disampaikan oleh Fajar. Hingga keduanya mampu menghadirkan CINTA DI SAKU CELANA dengan tidak biasa. Dengan gambar yang memiliki motif dan tampak sudah diatur sedemikian rupa.
Urusan naskah juga lumayan, Ben Sihombing tak membombardir plot seunik ini dengan dialog cheesy khas film kita. Meski terkadang komedi yang ada digulirkan begitu kering, namun dilain kesempatan mampu memberikan sebuah excuse untuk melihat lebih dalam mengenai apa sih yang ingin ditertawakan?
Sayangnya beberapa karakter tak digambarkan begitu jelas. Semua dibiarkan hilang dan datang tanpa jejak. Meski dibawakan dengan sangat baik oleh ensmble cast-nya, ada beberapa bagian yang cukup dragging meski tak mengganggu jalan cerita secara keseluruhan.
Unik, berbeda, penuh makna. Dari film ini kita diajarkan bagaimana cara memahami cinta. Bahwa sejatinya cinta itu (ehem!) adalah sebuah perjuangan. Terutama dalam memilih cara menempatkan hati.
Masih jauh dari kesan sempurna, tapi film ini sangat layak untuk direkomendasikan.
7/10
Post a Comment