Erwin Arnada adalah salah satu nama di balik berdiri dan hilangnya production house ternama: Rexinema. Usai keluar dari penjara terkait kasus franchise majalah berlogo kepala kelinci tersebut, pria satu ini membesut film bertajuk RUMAH DI SERIBU OMBAK.
RUMAH DI SERIBU OMBAK diadaptasi dari novel berjudul sama tulisan Erwin Arnada. Berkisah tentang persahabatan beda agama antara Samihi (Risjad Aden) dan Yanik (Dedey Rusma) dengan latar belakang Singaraja, Bali.
Premis ini tentu merujuk pada pluralisme. Keberagaman yang hakikatnya menyatukan segala perbedaan. Dalam sisi itu, film ini mampu mengolahnya secara tepat. Di beberapa bagian terdapat penggambaran alamiah tentang tenggang rasa dan saling menghormati. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya karakter, film yang naskahnya ditulis oleh Jujur Prananto tersebut telah kehilangan arahnya.
Dimulai dari deretan konflik yang tak mampu ditonjolkan dengan benar. Hingga keegoisan sineasnya yang ingin melucuti, mencampur adukkan isu-isu sosial tapi dengan cara repetitif yang juntrungannya berakhir dangkal. Dan menyebalkan.
Dengan pace lambat RUMAH DI SERIBU OMBAK sebenarnya sajikan banyak hal sederhana yang bisa ajari anak-anak hal baik sedari dini. Namun semua rusak kala tokoh beranjak besar dan mulai mengenal cinta.
Begitu banyak cara yang lebih membumi dibanding akhiran klise khas sinetron. Namun entah kenapa dengan unik dan kuatnya tema yang ditanam sejak awal, harus dipilih penutup picisan yang jelas sekali ulang ritme drama sejenis.
Ya, debur ombak telah hilangkan banyak makna. Sisa yang ada hanya kepingan toleransi yang akan masuk lewat telinga kiri dan keluar lewat telinga kanan.
SCORE: 5/10
Post a Comment