"Film Indonesia itu harus ada banci, hantu, dan susu..." - Glo
Setelah melalui proses pengumpulan dana dengan sistem crowd funding yang memakan waktu cukup lama, DEMI UCOK akhirnya rilis di pasaran. Jika pada film CIN(T)A menyorot drama cinta berbeda agama, kali ini Sammaria Simanjuntak yang bertindak sebagai produser, sutradara sekaligus penulis naskah, memilih drama komedi dengan pendekatan cerita pada hubungan ibu dan anak.
Mak Gondut (Lina Marpaung) adalah janda yang divonis umurnya tak lama lagi. Sebelum kepergiannya, wanita berumur 55 tahun tersebut berusaha mencarikan jodoh untuk anak gadisnya, Glo (Geraldine Sianturi), filmmaker yang sibuk cari produser untuk mendanai film kedua. Sayangnya, kekeras kepalaan ibu dan anak ini membuat segalanya tidak mudah.
Fitur konflik ibu dan anak yang dominan memang sangat jarang dieksplor filmmaker kita. Terakhir ada ELIANA, ELIANA serta MENEBUS IMPIAN dengan elemen drama yang kental. Lalu Sammaria hadir seolah membawa angin segar dengan unsur black comedy yang sifatnya cenderung personal.
Paruh pertama film begitu meledak-ledak, sindir sana-sini dari bobroknya perfilman Indonesia hingga efek kasih sayang koruptor. Sayangnya begitu memasuki paruh kedua, film seolah kehilangan pegangan. Perseteruan ibu rese vs anak keras kepala hanya berputar-putar tak tentu arah. Pun dengan konklusi yang dipaksakan dan terkesan buru-buru.
Alhasil setelah 30 menit berjalan, DEMI UCOK mulai kepayahan menawarkan unsur komedi yang secara pelan tapi pasti berubah menjadi drama hubungan Mak Gondut yang memaksa Glo kawin dengan pria Batak.
Untungnya DEMI UCOK memiliki ensemble cast yang mampu berakting dengan menawan. Lina Marpaung dan Geraldine Sianturi berhasil meyakinkan kita bahwa keduanya memang sangat menyebalkan di balik pendirian masing-masing. Jangan lupakan deretan musik dari Homogenic yang menambah nyawa film ini.
Keunikan lain tentu saja ada pada skrip yang sudah digodok hampir dua tahun lalu namun masih terasa menohok. Bagi yang mengikuti seluk beluk perfilman nasional dan kehebohannya, dijamin kalian bakal dibuat tertawa terbahak. Hal ini membuktikan bahwa masalah perfilman Indonesia masih didominasi oleh hal yang sama. Oleh orang yang sama juga? Who knows... :)
RATING: 5 dari 10
untuk akting, tata musik dan naskah
Post a Comment