Bersetting pada abad ke-16 setelah runtuhnya Sriwijaya, kedatuan Bukit Jurai yang dipimpin Dapunta Hyang Jaya Nasa (Slamet Rahardjo) mencari penerus tahta. Karena tak suka dengan perangai anak pertama, Awang Kencana (Agus Kuncoro), Dapunta menyerahkan mahkota kepada Purnama Kelana (Sahrul Gunawan), putra kedua.
Sebelum mahkota resmi diserahkan, Dapunta meninggal secara misterius. Purnama yang menjadi tertuduh langsung saja dijebloskan dalam penjara. Merasa tak bersalah, Purnama memilih kabur. Saat pelarian itulah dirinya bertemu dengan Malini (Julia Perez) putri dari Ki Goblek (Mathias Muchus), pemimpin kawanan perampok. Dari pertemuan tersebut Purnama Kelana menyadari bila dirinya harus segera bertindak menyelamatkan kedatuan sebelum terlambat.
GENDING SRIWIJAYA adalah kolaborasi kedua Hanung Bramantyo dengan Pemprov Sumatra Selatan setelah PENGEJAR ANGIN. Menggunakan dana APBD, film berdurasi 140 menit ini ingin memperkenalkan kebudayaan Sumsel kepada generasi terkini.
Sebelum melangkah lebih lanjut perlu ditekankan bahwa GENDING SRIWIJAYA adalah kisah fiksi yang menggunakan spirit Sriwijaya. Jadi tak perlu mendebatkan unsur historis dan sebagainya.
Mungkin terkesan bermain aman mengingat proses detail bakal memakan waktu cukup lama. Tapi sebagai fiksi, film ini cukup mampu memberi warna tersendiri. Terlebih pengalaman sinematik yang jarang disajikan oleh filmmaker kita setelah mati suri.
Setting dan properti cukup meyakinkan meski beberapa pengambilan gambar sengaja tak disajikan secara lanskap mengingat dana untuk pembangunan setting. Namun salut karena Hanung tergolong cukup lihai mengakali. Walau untuk pemilihan kostum jaman dulu sedikit ada ketidakselarasan meski cukup diperhatikan detailnya.
Deretan pemain dari yang senior hingga junior berkumpul jadi satu. Sebut saja Slamet Rahardjo, Jajang C Noer, Agus Kuncoro, Julia Perez hingga Osa Aji Santoso yang sebelumnya kita lihat dalam TANAH SURGA ...KATANYA. Semua mampu tampil berimbang.
Sayangnya untuk menyebut GENDING SRIWIJAYA sebagai film kolosal masih terasa sulit. Pertama karena adegan yang seharusnya bisa dibilang kolosal malah dibuat dengan teknik animasi mati. Pun dengan spesial efek serta ledakan yang tidak se-'wah' itu di dalam durasinya yang cukup lama.
Namun adegan action bisa dibilang tertata dengan apik. Apalagi saat Julia Perez yang diplot untuk bertarung benar-benar menunjukkan talenta setelah keterlibatannya dalam berbagai judul film seksi.
Di balik ketidakakuratan dan beberapa hal minor yang mengganggu, GENDING SRIWIJAYA cukup layak diberi apresiasi tersendiri. Berharap setelah ini banyak bermunculan film serupa dengan eksekusi yang tak kalah.
Rating: 5 dari 10
untuk akting, setting, kostum dan dada Julia Perez
Post a Comment